Sudah tiga tahun berlalu…
Kejadian yang terjadi ketika David masih duduk di kelas dua SMA, sementara sekarang dia sudah menjadi seorang mahasiswa semester enam perkuliahannya. Hari ini, tepat tanggal 14 Februari dan ia kembali teringat ke masa tiga tahun yang lalu. Kebahagiannya baru saja dimulai pada tanggal itu, dan ternyata juga harus berakhir pada hari itu. Bagi sebagian besar orang tanggal tersebut adalah hari kasih sayang atau biasa disebut Valentine’s day, tapi itu tak pernah berlaku lagi bagi David sejak tiga tahun yang lalu, malah dia mengganggap tanggal itu adalah tanggal yang penuh dengan kesialan.
“Happy valentine’s day my princess… putri.” Ucap David pagi itu ketika berhadapan dengan gadis yang disayanginya di depan kelasnya pada waktu SMA.
“Hhmm… thank you Dave..”
“Aku juga mau bilang ke kamu sesuatu. Udah beberapa bulan terakhir ini kita dekat, dan aku berharap kedekatan kita lebih dari seorang teman.”
“Maksudnya??” Tanya Putri sambil tersenyum.
“You know what I mean, but I will said it to you officially. Want you be the only one princess in my heart??” Tanya David seraya berlutut dihadapan Putri, dan dipandangi oleh siswa-siswa yang ada di sekolah tersebut.
“I think that you also know what is my answer…”
“Tapi aku tetap butuh jawaban yang jelas dari kamu. Hhmm.. mungkin kamu malu mengatakannya disini. Kalau begitu, aku tunggu kamu di café tempat biasa kita kumpul dengan teman-teman yang lain, jam tujuh malam ini. Kalau kamu nggak datang, berarti kamu menolak aku. I wish you come.. I’ll wait for you..” Kata David seraya berlalu meninggalkan Putri sambil melempar sebuah senyuman.
Dan sekarang David berdiri di suatu tempat yang begitu sunyi, sendiri dan memangdang ke satu arah yang ada di depannya. Tiga tahun dari kejadian yang begitu menyakitkan hatinya.
“My Princess.. udah tiga tahun berlalu, tapi aku tetap menjaga hati ini untuk kamu walaupun banyak orang yang menganggap aku gila, tapi aku tak pernah perduli. Entah sampai kapan aku bisa menjaga hati ini?? Aku sendiri pun tak pernah tahu. Andai saja waktu itu aku tak pernah mengajak kamu bertemu di café itu, andai aja aku menjemput kamu dari rumah seperti yang selalu aku lakukan dan tidak membiarkan kamu datang sendiri. Andai aja….” Ucap David tak dapat menahan air yang keluar dari sudut matanya.
Ya.. Putri tak datang ke café itu, dan putri tak
pernah menjadi Princess’nya David. Dalam perjalanan menuju café tersebut, mobil yang dikendarai Putri mengalami kecelakaan yang sangat parah dan Putri pun menghembuskan nafas terakhirnya di tempat terjadinya kecelakaan tersebut.
David mengira kalau Putri tak datang karena dia tak pernah menganggap David lebih dari sahabat, David sudah merasa sangat kecewa pada Putri karena selama ini memberi harapan-harapan palsu padanya, dan ketika keesokan harinya dia ingin menemui Putri di sekolah untuk memperjelas ketidakhadirannya kemarin, yang ia temui malah bangku Putri yang sudah kosong, dan terlihat pengumuman di papan tulis kelasnya yang berisi “Turut Berduka Cita atas meninggalnya murid berprestasi kami, PUTRI ADINDA. Semoga mendapat tempat yang terbaik di sisi Tuhan yang Maha Esa”.
“Siang ini Putri akan dimakamkan, semuanya
akan berangkat bersama-sama dari sekolah. Kalau kamu mau, kamu bisa pergi bareng dengan kami.” Ucap Santi, teman sekelas Putri yang membuat David tersadar dari ketidak-percayaannya ini.
“Gimana ceritanya??” Tanya David tanpa sedikitpun memalingkan wajah dari bangku gadis yang disayanginya itu.
“Kecelakaan mobil pukul tujuh tadi malam. Dari kabar yang aku dengar, dia mau menuju café tempat kamu dan dia janjian.”
Entah apa yang ada dipikiran David saat itu, dia seperti orang bodoh yang tak tahu harus berbuat apa. Dia merasa sangat bersalah dan entah mengapa tiba-tiba muncul perasaan bahwa dia adalah penyebab ini semua terjadi. Dan akhirnya dia berjanji pada dirinya sendiri kalau dia akan tetap menjaga hatinya hanya untuk Putri.
Pada kenyataannya selama tiga tahun sejak
kejadian itu, David memang masih berhasil menjaga hatinya. Dia tak pernah merasa tertarik pada gadis lain, yang ada di pikirannya hanyalah kenangan tentang Putri dan pikiran bahwa dia adalah penyebab dari semua ini. Tapi sebagai seorang manusia biasa dia tetap tak bisa memastikan sampai kapan dia akan berpikiran seperti itu. Perubahan bisa terjadi pada dirinya kapan saja Tuhan mengkehendaki itu terjadi, dan dia tak akan mampu berlari dari takdir itu.
“Udah sore.. aku pamit dulu ya Putri.” Ucap David sambil berjalan meningggalkan makam orang yang dikasihinya tersebut.
“Bruuukkk…”
David bertabrakan dengan seorang perempuan ketika sedang berjalan keluar dari daerah pemakaman tersebut.
“Aduuhh… sakitnya. Kalau jalan lihat-lihat dong…” Ucap gadis itu sambil beranjak bangun dari jatuhnya dan menatap kearah David.
“Maaf..” Ucap David singkat sambil terus melangkah tanpa memperdulikan orang yang ditabraknya tersebut.
“Ada ya manusia kayak kamu. Nggak nanya gimana keadaan orang yang ditabrak, langsung kabur gitu aja. Dasar aneh…” Gadis itu terus marah-marah dan tak sedikitpun David mempedulikannya.
Akhirnya David tiba di rumah dan menemukan mamanya sedang duduk bersama seorang gadis di ruang tamu rumah mereka. David tak terlalu banyak bicara, dia hanya memberi salam pada mamanya, dan bergegas untuk masuk ke dalam rumahnya. Namun langkahnya tertahan karena mamanya menyuruhnya untuk berkenalan dulu dengan tamu mereka tersebut.
“David.. kenalin ini Angel, anak teman mama
dan papa. Dia tinggal di Jakarta, dan datang kesini hanya untuk liburan dan mengunjungi beberapa temannya. Dan selama ada disini, dia akan tinggal di rumah kita. Gimana menurut kamu?” Tanya mamanya.
“It’s up to you mom… nggak ada masalah buat aku kok apapun keputusan mama. Aku masuk ke kamar dulu ya mom… aku ngerasa capek banget. See you when dinner mom…” Ucap David sambil berjalan menaiki anak tangga rumahnya, karena kamar tidurnya berada di lantai dua rumah tersebut.
“Angel.. maaf ya atas sifat David. Dia memang berubah, dulu dia nggak seperti itu kok. Kamu coba ngobrol aja sama dia selama disini, siapa tahu kalian bisa nyambung.”
“Okay tante… terima kasih udah kasih saya izin untuk tinggal disini ya tante.”
Sebenarnya gadis yang akan menetap sementara di rumah keluarga David tersebut adalah gadis yang sama yang ditabrak David pada perjalanan pulang dari makan Putri tadi. Tapi karena David tidak begitu memperhatikan jadi dia tidak mengingat hal tersebut.
Angel mendapat kamar yang bersebelahan dengan kamar David, ingin sekali dia mengetuk pintu kamar yang ada di sebelah kamarnya tersebut. Dia ingin bersahabat dengan David. Tapi sebagai orang baru dan belum mengenal David, dia tentunya tak pantas melakukan sesuatu yang kurang disukai oleh sang tuan rumah tersebut. Dia hanya bisa berharap bahwa pada akhirnya dia bisa dekat dengan David.
Saat makan malam tiba, kedua orang tua David beserta Angel sudah duduk di depan meja makan dan bersiap-siap menyantap makanan tersebut, namun mereka masih menunggu satu penghuni rumah yang lainnya, yaitu David. Mama David ingin melangkah untuk memanggil David, namun Angel sudah mendahului.
“Biar aku yang panggil David supaya ikut makan malam ya tante.” Tanya Angel.
“Ya sudah.. tolong panggilkan David dari kamarnya ya Angel.” Jawab Mama David.
Baru saja Angel ingin mengetuk pintu kamar David untuk memanggilnya turun ke bawah dan ikut makan malam bersama, tapi Angel mengurungkan niatnya karena dia melihat pintu kamar tersebut sedikit terbuka. Karena terlalu merasa penasaran, Angel masuk saja ke dalam kamar tanpa ingat untuk mengetuk terlebih dahulu.
“Cobalah bersikap sedikit lebih sopan.” Terdengar suara seseorang dari belakang tubuh Angel.
“Haaaa……” Teriak Angel kaget melihat sosok tegap yang ada di belakangnya.
“Aduhh… nggak teriak, bisa kan?” Ucap sosok yang ternyata adalah David tersebut sambil menutup kedua telinganya karena mendengar teriakan Angel.
“Kamu bikin kaget sih…”
“Kamu nggak sopan.”
“Maaf ya Dave… aku Cuma mau ngajak kamu untuk makan malam bareng doank.” Jawab Angel.
David merasa sangat terkejut mendengar ucapan yang baru saja keluar dari mulut Angel. Sudah lama sekali dia tak mendengar panggilan yang hanya dipanggil oleh satu-satunya orang yang disayanginya tersebut. Dan kali ini, dia mendengar nama itu lagi, tapi bukan disebutkan oleh orang yang disayanginya, melainkan oleh Angel, anak dari kerabat orang tuanya yang sementara ini akan tinggal di rumahnya.
“DAVE???” Tanya David heran sambil memandang tajam mata Angel.
“Duhh.. ngelihatnya jangan begitu donk. Seram banget. Iya… aku memang salah sebut nama kamu. Aku lupa… maksud aku David, salah sebut aja jadi Dave. Maaf ya..”
“Darimana kamu tahu panggilan itu??”
Tanya David dengan muka marahnya sambil mencengkram kedua lengan Angel.
“Aduhh… sakit!! Kamu gila ya… aku kan udah minta maaf, aku salah sebut doang dan itu spontan aja terucap seperti itu. Kamu hobi banget nyakitin orang. Udah tadi sore nabrak aku di pemakaman tanpa bertanya gimana keadaan aku, sekarang kamu tiba-tiba ngamuk Cuma gara-gara aku salah sebut nama. Aneh banget…” Angel menghempaskan cengkraman tangan David sambil berlari meninggalkannya dan kembali ke meja makan.
Ketika Angel sudah meninggalkannya sendiri, baru David mengingat kejadian sore tadi, dan dia baru menyadari bahwa gadis yang ditabraknya sore itu adalah Angel. David kemudian beranjak menuju meja makan, dan disana dia menemukan ketiga orang penghuni rumah yang lainnya sudah duduk dengan rapi dan sudah bersiap-siap untuk makan. Sekilas dia melemparkan pandangannya ke arah Angel, namun tak sedikitpun Angel membalas pandangannya tersebut.
Makan malam kali ini tak begitu jauh berbeda dengan malam-malam sebelumnya. Semua tampak begitu tenang dan suasana terasa sangat sepi. Angel merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan ini, karena di rumahnya sangat jauh berbeda dengan keadaan rumah David. Dan Angel sedang memikirkan cara untuk memulai pembicaraan dan memecahkan keheningan ini.
“Om.. tante.. terima kasih buat kebaikannya ya. Aku udah boleh tinggal disini selama liburan, maaf kalau nanti aku agak merepotkan.” Ucap Angel berusaha mencairkan suasana.
“Ohh… no problem. Om dan tante malah senang, jadi kita merasa seperti kita punya anak perempuan juga.” Jawab Papa David.
“and you Mr. Dave… would you be my friend??” Tanya Angel pada David sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman, dan menunggu beberapa saat lamanya.
“Don’t call me like that again. I don’t like… and you must know, that I don’t want to be your friend. I’m so sleepy now… so you may enjoy your free dinner. Good night mom, dad.” Ucap David dengan wajah kesalnya sambil meninggalkan meja makan.
“Angeelll….” Mama David mencoba menghibur.
“Nggak apa-apa tante. Aku tahu kok kalau David Cuma bercanda. Lama-kelamaan dia pasti nanti mau berteman dengan aku, dan aku bukanlah orang yang mudah sakit hati hanya karena candaan seperti itu.” Ucap Angel sambil kembali melanjutkan menikmati makan malamnya.
David terduduk di atas ranjangnya, dia berpikir kesialan apa lagi yang datang pada tanggal empat belas Februari kali ini. Seorang gadis datang dengan permasalahan-permasalahan baru. Sementara di kamar yang lain, gadis yang sedang dipikirkan David juga sedang berpikir mengapa dia harus bertemu dengan pria seaneh David, yang ucapannya begitu kasar, yang marah hanya karena ucapan Angel yang salah memanggil namanya.
Keesokan harinya ketika David bangun dari tidurnya dan bergegas untuk turun ke bawah, dia mencium masakan yang sangat harum baunya. Tak pernah sebelumnya dia mencium masakan seperti ini, dia berpikir bahwa mamanya sedang menyiapkan sarapan yang special hari ini untuk dia dan orang-orang yang ada di rumah mereka. Dia bergegas berjalan ke dapur, dan disana dia malah bertemu dengan Angel yang sedang membereskan dapur setelah selesai memasak tadi.
“Aku pikir yang masak tadi mama… ternyata…” Ucap David seperti kehilangan selera makan.
“Ternyata apa… ternyata orang yang nggak kamu harapkan. Heheh…tante sama om pergi ke kantor pagi-pagi sekali tadi. Dan aku pikir nggak ada salahnya kalau aku yang menyiapkan sarapan pagi.” Jawab Angel sambil tersenyum pada David.
“Aku nggak lapar… aku sarapan di luar aja ntar.”
“Mana yang bener sih?? Nggak lapar atau mau sarapan di luar? Kamu kelihatan bohongnya. Aku ngerti kok kalau kamu nggak mau makan masakan aku. Tapi kan sayang kalau masakan ini nggak dimakan, daripada kamu makan diluar lebih baik sarapan di rumah aja. Banyak orang di luar sana yang nggak punya uang buat makan, kamu disini malah buang-buang makanan.”
“Kamu bising banget sih… kalau aku nggak mau makan, ya berarti aku nggak mau!” Jawab David kesal.
David kemudian berjalan menuju kamarnya dan berniat untuk mandi. Hari ini dia masuk kuliah pukul sepuluh pagi, jadi dia nggak harus terburu-buru pergi ke kampus. Ketika telah selesai berpakaian dan merapikan buku-buku yang akan dibawanya, David segera mengambil kunci mobilnya dan bergegas menuju garasi mobil rumahnya. Tetapi ketika dia melewati ruang makan, dia melihat meja makan yang dipenuhi makanan yang tampaknya sangat lezat, tapi tak ada Angel disana. David kemudian berjalan mendekati meja tersebut, dan menemukan secarik kertas berada di antara makanan-makanan lezat tersebut dan bertuliskan “Sebenarnya makanan ini khusus aku masak buat kamu, sebagai permintaan maaf dan permintaan untuk menjadi sahabat kamu. Tapi kalau memang aku tak pantas untuk itu, kamu boleh melakukan apapun yang kamu mau terhadap makanan ini.”
“Kamu baik Angel… maafkan aku, bukannya aku tak mau bersahabat dengan kamu, tetapi aku takut membuka diri pada gadis lain, terlalu sakit rasanya sementara aku masih tetap mengingat masa laluku. Apalagi panggilan kamu kepada aku itu benar-benar membuat aku semakin tak bisa melupakan Putri.” Ucap David dalam hatinya, namun dia tak melakukan apa-apa pada makanan di atas meja tersebut, dia lantas pergi ke garasi rumahnya dan melajukan mobilnya seketika menuju kampusnya.
Angel menemukan makanan yang di masaknya tak tersentuh sama sekali, rasa marah, kesal, serba salah berada dalam pikirannya. Ingin sekali dia mengetahui apa yang terjadi pada David, yang membuat David sangat membenci Angel. Angel hanya bisa membereskan kembali makanan tersebut dan menyimpannya di dalam lemari. Dia kemudian berjalan ke kamarnya, membuka buku yang bertuliskan semua isi perasaannya, dan ingin menuliskan apa yang dirasakannya pada saat ini ke dalam buku itu.
“Aku berfikir dengan berlibur sejenak di kota ini akan mampu menghapus semua kenangan tentang kamu. Kepergianmu yang begitu tiba-tiba sangat membuat aku menderita. Kamu tak pernah sedikitpun menunjukkan rasa sakitmu di depanku, sehingga tak sedikitpun aku mengerti rasa sakitmu, dan ketika aku tahu itu, semuanya telah terlambat. Dia telah mengambilmu dari aku. Kenapa kamu hanya memberikan kebahagiaanmu kepadaku, dan tak pernah mau membagi kesakitanmu?” Angel tertidur dengan pena yang masih tergenggam di antara jemarinya dan juga dengan air mata yang mengalir di sudut mata indah itu.
Tanpa terasa hari sudah menjelang siang, Angel masih belum tersadar dari tidur lelapnya yang penuh dengan kesedihan, sementara itu David telah kembali dari kampusnya dan menemukan rumah dalam keadaan sunyi. Ketika dia akan memasuki kamarnya, dia melihat pintu kamar Angel yang terbuka, dan terlihat Angel tertidur dengan pena dan buku yang ada disebelahnya dan masih dengan bekas air mata yang mengalir di matanya.
David masuk ke dalam kamar dan mengambil buku tersebut, dia ingin tahu apa penyebab Angel tampak begitu sedih, padahal sebelumnya dia tampak bahagia dan begitu bersemangat. Dia membaca lembar demi lembar isi buku tersebut.
“Kanker…” Hanya sepatah kata itu yang keluar dari bibir David.
Ternyata suaranya yang sepelan itu juga mampu membangunkan Angel. Angel yang kaget segera menghampus sisa air matanya dan menarik buku yang ada di tangan David.
“Ternyata kamu lebih tidak sopan, selain masuk ke kamar anak gadis sembarangan, kamu juga membaca buku pribadi orang, tanpa seizin pemilik buku tersebut. Please keluar dari kamar ini sekarang juga.” Ucap Angel, sementara David tak tahu harus berkata apa. Dia hanya mengikuti perintah Angel dan keluar dari kamar tersebut dan masuk ke dalam kamarnya.
“Ohh… God. Aku merasa selama ini kalau aku adalah orang yang paling menyedihkan dengan semua yang aku alami selama ini. Ternyata masih ada orang lain lagi yang mungkin mengalami hal yang lebih menyedihkan. Tiga tahun belum cukup bagiku untuk menghapus semua kesedihan dan kenangan masa lalu, sementara Angel yang baru beberapa bulan ditinggal kekasihnya sudah mampu menghibur dirinya. Aku… siapa yang meninggalkan aku? Putri tak pernah menjadi Princess’ku. Mungkin saja ketika mengalami kecelakaan itu, dia bukan sedang menuju café tempat kami berjanji untuk bertemu, dan kalaupun memang dia menuju kesana belum tentu jawaban dia seperti yang aku harapkan. Tuhan… kenapa aku begitu bodoh dan menutup diriku selama tiga tahun ini. Aku membuat semua orang yang berada di sekitarku merasa tak nyaman dengan keberadaanku. Aku membuat mereka sakit hati dengan sikapku. Aku harus berubah… harus…” Itulah yang terucap dari bibir David. Dia sadar kalau sikapnya selama tiga tahun ini hanya menyulitkan dirinya dan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Dia benar-benar mencoba meyakinkan dirinya kalau dia harus berubah. Dia berjalan keluar dari kamarnya dan memberanikan dirinya untuk berjalan mendekati Angel yang sekarang sudah berada di ruang tengah rumah itu sambil mendengarkan music slow pop kesukaannya. Dengan wajah yang mencoba untuk tersenyum, David mendekati Angel dan duduk disebelahnya.
“Jadi, udah berapa lama dia meninggal?” Tanya David to the point pada Angel.
“Kamu udah baca diary itu. Dua bulan lalu…” Jawab Angel singkat.
“Hhmm… sorry ya Angel. Buat sikap aku yang keterlaluan dua hari ini sama kamu. Aku memang udah gila. Selama tiga tahun aku bersikap seperti itu pada orang-orang di sekitarku. Mungkin orang tuaku juga sudah menyabarkan diri mereka menghadapi anak seperti aku.”
“Sebenarnya masalah kamu apa sih David??” Tanya Angel dengan gaya penasarannya itu.
David bingung harus mulai bercerita darimana. Dia bingung, apakah dia harus kembali mengenang masa lalu itu. Tapi dia meyakinkan dirinya untuk tetap bercerita pada Angel dan berharap Angel akan menjadi orang pertama yang mengetahui penyebab perubahan sikapnya itu dan juga menjadi orang terakhir, karena David sudah sangat berniat untuk menutup lembaran cerita masa lalunya bersama Putri itu. Dia memulai ceritanya pada Valentine tiga tahun yang lalu, yang menyebabkan dia melupakan betapa indahnya hari kasih sayang itu.
Angel mendengarkan cerita David dengan serius, tak sedikitpun dia memalingkan wajahnya dari wajah David yang memandangnya dengan serius pula.
“Jadi itu yang membuat kamu berubah?” Tanya Angel pada akhir cerita.
“Ya… dan sekarang karena aku tahu cerita kamu, aku termotivasi untuk berubah lagi menjadi diriku yang dulu. Kalau kamu bisa menjalani hari tanpa harus mengingat masa-masa sedih itu, kenapa aku tak mampu? Kalau dua bulan cukup untuk kamu melupakan kenangan bersama kekasihmu, kenapa tiga tahun tak mampu membuat aku melupakan kenangan bersama orang yang bukan kekasihku?” Ucap David.
“Dan.. inilah kenyataannya, bahwa perubahan itu pasti ada. Semuanya tergantung pada diri kamu sendiri, apakah kamu memang mau berubah atau tidak.”
“Mau membantu aku??”
“Apa aku punya alasan untuk menolak??” Angel menjawab dengan pertanyaan lagi sambil tersenyum manis pada David.
Hari itu menjadi awal persahabatan dan kebersamaan mereka. Hari-hari keduanya mulai berwarna kembali. Angel berhasil menikmati masa liburannya sambil berusaha melupakan mantan kekasihnya, dan David mulai kembali pada dirinya yang dulu. Pria yang ceria dan selalu mengisi hari-harinya dengan hal baik yang bermanfaat. Orang tua David juga merasakan dampak yang baik dari keberadaan Angel di rumah mereka, karena dapat merubah anak mereka satu-satunya.
Tanpa terasa kini Angel tiba di akhir masa
liburannya. Sudah hampir sebulan dia menikmati liburan ini dengan sahabat barunya. Dan kini tiba waktunya untuk berpamitan.
“Om..Tante.. besok aku pulang ke Jakarta, karena masa liburanku udah habis.” Ucap Angel pada sang tuan rumah pada saat makan malam berlangsung.
“Tak terasa ya… padahal tante udah nyaman banget kamu ada disini. Tante benar-benar merasa punya anak perempuan sendiri, dan David pun memiliki teman cerita selama kamu disini. Ya kan David??” Tanya mama David pada David.
“Aku boleh bicara berdua sama Angel dulu nggak ma??” Tanya David.
“Off course, time is yours…” Ucap mama David.
David segera beranjak dari tempat duduknya dan menarik tangan Angel untuk ikut bersama dengannya. Dan mereka berhenti di taman belakang rumah David dan duduk disana. Suasana begitu sunyi, mereka sama-sama bingung bagaimana harus memulai pembicaraan.
“Take care ya… besok aku udah pulang. Kita tetap bisa bersahabat kan Dave??” Tanya Angel dan membuat David kembali teringat pada pemberi nama panggilan itu.
“You’re not my princess…” Jawab David singkat.
“Ya.. kamu benar. Aku bukan Princess kamu. Maaf kalau aku nggak pantas untuk itu. Jaga diri kamu ya… kalau kamu punya waktu, keep contact sama aku ya.”
“Angel….”
“Ya…”
“Maaf kalau ucapanku selalu membuat kamu sakit hati. Sebenarnya, aku nggak rela kalau harus membayangkan mulai besok aku harus menjalani hidup ini tanpa kamu disini, karena kamu adalah alasan aku berubah.”
“Kamu pikir aku rela meninggalkan kamu. Aku juga nggak tahu gimana harus memulai aktivitasku seperti biasa lagi dan membayangkan nggak ada kamu disamping aku.” Jawab Angel sambil meneteskan air mata.
“Angelll… ini kedua kalinya aku ngelihat kamu nangis. Jangan nangis lagi ya… air mata kamu membuat aku semakin nggak tega merelakan kamu pulang.”
“Angel… will you be my angel??” Tanya David melanjutkan ucapannya.
“Haa?? Maksudnya?”
“Iya.. kamu mau jadi Angel-ku. satu-satunya Angel yang akan mendampingi aku??”
“Absolutely… Yes!! Because you are my Dave…”
“Don’t call me Dave, because you are not my princess, you are my Angel. The only one angel that will always stay in my heart. I’m your David, not your Dave, because I’m David, and I’m not Dave. Jangan jadi orang lain, karena aku sayang dengan apa adanya diri kamu sekarang”
“Yaa… Karena aku Angel!!”
“Yess… you are my angel, sering-sering berlibur kesini ya… karena ada hati yang menunggu kamu disini. Aku bakalan kangen banget sama kamu.”
“Aku akan datang setiap kali aku punya waktu untuk datang, jaga hati ini buat aku ya…” Ucap Angel sambil memeluk erat David.
Princess… maaf. Aku tak bisa menjaga hati ini lebih lama lagi untuk kamu. Karena kini hati ini telah dimiliki oleh orang lain. Dan orang itu adalah Angel-ku.
She is my Angel…
3 comments:
aww..
i've missed this story.
u write it? i love it. <3
yaeyalah.... sapa lagi yang nulis?? kalo ada yang sama kyk gni, brrti karyaku di plagiat. esseehhh....
thanks for loving me, eh salah.. thanks for lovin' it!! :*
It's my fave ...
Kaya nya "Puisi Terakhir" & "My Angel" bs dijadi'in satu cerita ...
Boleh aku kutip & gubah sepenggal kalimat dr cerpen mu???
Nanti nya akan ku gunakan tuk memenangkan sedikit ruang di hati SESEORANG...
Post a Comment